MemperkosaMahasiswi Perawan Jilbaber Hingga Hamil. Cerita Kisah Nyataku ini akan aku sampaikan pada khalayak pembaca Cerita Wow. Pada awalnya aku enggan untuk menceritakan kisahku ini karena aku takut kalau ada yang tersinggung atau terlibat, maka dari itu aku memakai nama samaran bukan asli, karena dalam ceritaku ini melibatkan banyak orang.
CeritaBokep Indonesia - Cerita Sek Dewsa Sensasi Menikmati Kontol Besar Mahasiswa Sebut saja namaku desi, seorang wanita yang telah berusia 40 tahun dan telah bersuami. Menurut banyak teman, aku adalah wanita yang cukup cantik dan berkulit putih bersih.
5iuBhI.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. seks bebas adalah sebuah hubungan seksual pasangan yang secara hukum belum sah karena belum nikah, seks bebas dalam hukum negara dan agama disebut sebagai zina, dan dalam agama islam sendiri zina itu adalah salah satu dosa besar dimana sanksi hukum islamnya berupa di rajam bagi yang status nikah dan cambuk bagi yang masih lajang, namun karena indonesia tidak menjalankan hukum agama maka digantilah dengan hukum undang-undang, dimana sanksi hanya bisa dijatuhkan kalau ada yang melaporkan atau bersifat delik aduan, selama suka sama suka dan tidak ada yang merasa keberatan maka hukum itu tidak akan bisa di bebas ini merupakan sebuah kebiasaan atau budaya dari orang-orang liberal yang pengaruhnya sudah sampai ke indonesia sejak modernisasi, zaman dulu memang zina ini sudah ada di seluruh negara tidak terkecuali di indonesia hanya saja keberadaannya sangat jarang, kebanyakan dari yang diketahui berupa kasus pemerkosaan, seiring berkembangnya zaman yang menghancurkan dinding pemisah antara indonesia dengan dunia luar melalui modernisasi media membuat pengaruh kebudayaan ini kian derasnya mengucuri bumi pertiwi hingga saatnya seks bebas ini mulai membudaya di tidak bermaksud untuk merendahkan tetapi saya hanya berbicara fakta yang kadang para orangtua sendiri tidak mempedulikannya, budaya seks bebas ini sangat erat dengan dunia mahasiswa sekarang ini, ada beberapa faktor mengapa budaya seks bebas ini segitu mudahnya merasuk dan menjadi bagian hidup para mahasiswa kebanyakan. misalnya faktor jarak, banyak mahasiswa yang berasal dari daerah yang jauh pergi ke kota besar hanya untuk bisa kuliah, karena tidak memungkinkan untuk pulang pergi maka banyak mahasiswa yang memutuskan untuk kos, dan inilah saat kebebasan dimulai. setelah lebih dari 17 tahun hidup di awasi oleh orang tua kemudian bebas layaknya burung lepas dari sangkar maka lingkungan akan menjadi sangat berdampak pada pembentukan karakter orang tersebut termasuk pada tingkah laku kebiasaan kita, fokus kepada sesuatu yang sangat lumrah dalam kehidupan anak muda yaitu pacaran, saya berani bilang lebih dari 90% orang yang pacaran memiliki keinginan untuk berhubungan seks, keinginan ini bersifat universal baik di utarakan atau hanya keinginan dalam hati. saat masih tinggal dengan orang tua, pacaran tidak se bebas saat hidup sendiri, dan itulah awal mula seks bebas, mungkin kalian banyak yang akan membantah hal itu tetapi itu kenyataan, jika ada orang pacaran dan sudah melakukan kontak fisik seperti pelukan dan ciuman maka besar kemungkinan akan mengarah pada seks, itu merupakan sifat alami manusia, penasaran dan ingin mencoba-coba. jika kalian lihat banyak pasangan yang terlihat baik atau alim itu bukanlah hal penjamin tingkah laku mereka, tingkah laku mereka yang asli akan kelihatan saat berduaan. seks sendiri tidak bisa terjadi kalau salah satu pihak tidak menyetujuinya, jika itu terjadi maka namanya adalah pemerkosaan. padahal semua orang tau berapa besar dosanya, berapa besar dampak negatifnya, dan berapa besar kemungkinan hamilnya. akan tetapi nafsu telh menutupi pikiran semacam itu apalagi dengan kemajuan teknologi yang menyediakan obat KB, kondom, dan lainnya yang memperkecil kemungkinan kehamilan membuat seks bebas orang tua sendiri mungkin sudah tahu tetapi lebih memilih untuk diam saja selama anak mereka tidak hamil, pembicaraan mengenai seks ini masih tabu di kalangan orang tua, hampir tidak pernah orang tua bertanya " kamu sudah melakukan seks?" atau yang eksterm adalah memeriksa sendiri keadaannya khususnya perempuan apakah masih perawan atau tidak, kalau orang tua memiliki latar belakang kesehatan mungkin saja biasa membicarakan hal ini pada anak, tetapi kebanyakan orang tua pekerjaannya bukan kesehatan jadi untuk membicarakan seks seperti membicarakan aib. seks bisa terjadi kalau sama-sama mau, beberapa alasan seperti bukti cinta dan sayang sering digunakan sebagai dalih atas perbuatan mereka, adalagi karena takut kehilangan pacar akhirnya mau menuruti keinginan untk melakukan seks, ada pula karena sama-sama penasaran dan akhirnya mencoba. seks ini seperti narkoba yang bikin ketagihan, orang yang pacaran sudah melakukan seks dan kemudian putus maka besar kemugkinan saat mereka pacarang dengan yang lain akan melakukan seks lagi dan lagi hingga menjadi kebiasaan, apalagi sekarang ini makin banyak kos bebas bahkan banyak yang kumpul kebo dan itu menjadi biasa, hal yang mungkin bisa menghentikan mereka adalah saat mereka tidak sengaja hamil dan kalian pasti tahu kelanjutannya nikah paksa, aborsi, dan bunuh akhirnya semua sangat bergantung pada kesadaran diri sendiri dan di dukung oleh lingkungan yang baik untuk meminimalisir kebudayaan ini, meski hotel kian menjamur, meski hotel kian murah, selama lingkungan dan pihak berwenang ikut mengawasi diharapkan bisa mengurangi walaupun tidak bisa membasmi. Lihat Lyfe Selengkapnya
Perilaku seks diluar nikah yang dilakukan mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang mengandung dan memiliki anak. Sehingga kehidupan mereka sebagai seorang mahasiswa tidak dapat melanjutkan perkuliahan karena harus kembali ke daerahnya karena tidak ada yang merawat dan menafkahi anaknya. Ada juga yang mereka harus cuti karena mengandung dan melahirkan serta sampai ada yang mengalami kehamilan beresiko karena kurangnya informasi tentang kehamilan dan akibat dari perencanaan pengguguran janin di kandungan. Tujuan dari pengabdian ini adalah mahasiswa dapat mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang dampak dan bahaya yang terjadi akibat seks bebas bagi kesehatan, psikologis dan kehidupan mereka kedepan. Metode yang digunakan memberikan sosialisasi dan pendampingan kepada mahasiswa agar terhindar dari perilaku seks bebas dan hamil di luar nikah. Hasilnya adalah perlunya pendidikan seks di perguruan tinggi serta mengoptimalkan bimbingan konseling sebagai wadah perkembangan psikologis mahasiswa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial 68 Jurnal Praksis dan Dedikasi JPDS, Oktober, 2020, Vol. 3, No. 2 hal. 68-72 E-ISSN 2655-2469 © 2020 JPDS PENDIDIKAN SEKS BAGI MAHASISWA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU SEKS BEBAS Dian Utami Ikhwaningrum*, Tikka Dessy Harsanti Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Wisnuwardhana Malang Diterima 11 Maret 2020, dipublikasikan 31 Oktober 2020 Abstrak Masa remaja merupakan masa yang banyak akan rasa ingin tahu terhadap segala hal, menyukai petualangan dan tantangan tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang termasuk salah satunya masalah seksual. Karena rasa ingin tahu yang tinggi banyak remaja melakukan perilaku seks diluar nikah yang akibatnya banyak mahasiswa yang mengandung dan memiliki anak. Sehingga kehidupan mereka sebagai seorang mahasiswa yang mempunyai kewajiban yaitu belajar dan masuk perkuliahan menjadi terbengkalai. Banyak mahasiswa yang akhirnya tidak dapat melanjutkan perkuliahan karena harus kembali ke daerahnya untuk merawat, menafkahi anaknya. serta mereka harus cuti kuliah karena mengandung dan melahirkan serta sampai ada yang mengalami kehamilan beresiko karena kurangnya informasi tentang kehamilan. Dari berbagai permasalahan tersebut, maka ditindaklanjuti dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi mengenai pendidikan seks bagi mahasiswa sebagai upaya pencegahan perilaku seks bebas. Metode yang digunakan pada program ini, yaitu metode survey sasaran, persiapan sarana dan prasarana, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan. Tujuan dari pengabdian ini adalah mahasiswa memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang seks, dampak dan bahaya yang terjadi akibat seks bebas bagi kesehatan, psikologis dan kehidupan sosial mereka kedepan. Kata Kunci Pendidikan Seks, Seks Bebas PENDAHULUAN Masa remaja adalah peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa Saputro, 2018. Pada masa remaja terjadi perubahan baik secara fisik dan lingkungan seperti perkembangan fungsi-fungsi tubuh, pada tahap ini alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai tumbuh, emosi cenderung labil, perubahan intelektual, dan perubahan moral. Remaja dalam hal ini mahasiswa yang sebagian besar berasal dari luar kota yang jauh dari orang tua dan keluarga dengan mudah dapat melakukan hal-hal yang ingin diketahuinya terutama terkait dengan seks karena kemudahaan atas ketersediaan sarana di sekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut. Dimana orang tua dan keluarga menjadi lingkungan yang memiliki usaha preventif paling kuat dalam menjaga para remaja terlibat dalam aktifitas pergaulan bebas Wiradimadja, 2020. Pada awalnya, ketertarikan remaja terhadap seksualitas bersifat self-centered, yaitu fokus pada perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Kemudian, secara bertahap remaja mulai tertarik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk dari perilaku seksual ini bermacam-macam, dari berkencan, bercumbu, berpegangan tangan dengan lawan jenis, berpelukan, rangkulan, berciuman sampai melakukan hubungan seksual diluar nikah. Penyebab perilaku seks diluar nikah senada dengan Prasasti, 2017; Purnama, 2020; Suryoputro et al., 2006 antara lain pengaruh sosial media dengan tayangan-tayangan yang menjurus ke hal yang mengarah ke perilaku seks, mudahnya dalam mengakses video video berkonten pornografi serta tidak ada pengawasan dari orang tua, dan juga pendidikan seks dari orang tua sejak dini karena masih dianggap tabuh untuk diinformasikan dan diajarkan ke anak Setya, 2019 , serta pendidikan agama yang kurang karena usia Pendidikan Seks Bagi Mahasiswa Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial 69 remaja adalah usia masih mencari jati diri dimana ilmu tentang agama masih belum banyak yang mereka pahami Perkembangan jaman saat ini, ikut mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan oleh remaja pada beberapa tahun yang lalu, seperti berciuman dan bercumbu kini telah dibenarkan oleh remaja sekarang. Bahkan ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat perilaku tersebut dapat menyebabkan Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan KTD yang selanjutnya memicu praktik aborsi yang tidak aman, penularan PMS dan HIV/AIDS, bahkan kematian Bertens, 2002; Saifulloh, 2011; Zalbawi, 2002. Perilaku seks diluar nikah yang dilakukan mahasiswa berakibat kehamilan, yang berdampak pada kehidupan mereka sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai kewajiban yaitu datang untuk mengikuti perkuliahan dan belajar menjadi terbengkalai, mereka memilih untuk cuti dan tidak melanjutkan perkuliahan karena harus merawat anaknya dan kembali ke kampung halamanya. Perilaku seks diluar nikah tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman terhadap HIV/AIDS Suryoputro et al., 2006. Selain berakibat ke kesehatan dampak perilaku seks di luar nikah yaitu dari sisi psikologis mahasiswa yaitu rasa depresi dan ada perasaan berdosa karena melakukan seks diluar nikah dan hamil, kesulitan untuk mencari pekerjaan dikarenakan harus mengurus anak dan harus bekerja. Pentingnya pendidikan seks pada remaja merupakan salah satu solusi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para remaja mahasiswa saat ini. Pendidikan seks mengajarkan dan memberi pengertian serta menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri dan perkawinan kepada anak semenjak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal mengenai seks dan perilaku yang tidak bertanggung jawab Nurlaeli, 2020. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan, penting sekali mengoptimalkan bimbingan konseling sebagai wadah perkembangan psikologis mahasiswa sebagai pendampingan dan sosialisasi pendidikan seks bagi mahasiswa agar mereka mengetahui, memahami dampak yang terjadi dari perilaku seks bebas agar mereka dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan berhubungan dengan lawan jenis. METODE Metode yang digunakan pada program ini, yaitu metode survey sasaran, persiapan sarana dan prasarana, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan Mustari & Rahman, 2012. Tahap survey sasaran diawali dengan survey mahasiswa yang menjadi sasaran program ini. Untuk awal pengabdian ini yang menjadi sasaran program ini adalah mahasiswa semester 1 karena mereka awal berada di lingkungan yang baru, sehingga bisa mempunyai pengetahuan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan sebagai mahasiswa rantauan yang jauh dari keluarga, Tahap kedua adalah Tahap Sosialisasi Program Kegiatan, Pelaksanaan kegiatan aksi muatan program yang paling penting dalam program ini adalah memberikan sosialisasi dan pengarahan kepada mahasiswa agar terhindar dari perilaku seks bebas dan hamil di luar nikah dengan menggali informasi terkait pendidikan seks dan seks itu sendiri dari mahasiswa. Selanjutnya, mahasiswa diberikan edukasi mengenai pendidikan seks secara klinis, yaitu perbedaan organ reproduksi laki-laki dan perempuan, bagaimana cara merawat organ intim, perilaku seks yang tidak aman yang menyebabkan penyakit-penyakit kelamin. Pendidikan seks dari sisi psikologisnya yaitu tentang dampak dari seks bebas, dampak yang ditimbulkan dari pernikahan di usia muda. Pada tahapan evaluasi pada tahap ini yaitu pelaksanaan evaluasi terhadap keefektifan jalannya program sosialisasi yang dilanjutkan pendampingan kepada mahasiswa terhadap kelebihan dan kekurangan dari program yang telah dijalankan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi program ini agar bermanfaat untuk sekarang dan masa yang akan datang karena membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi mitra akan dilakukan sosialisasi dan pendampingan terhadap mahasiswa tidak hanya yang dari semester 1 saja, dan sosialisasi serta pendampingan ini dilakukan dari para tenaga ahli di bidang pendidikan, ilmu sosial dan psikologi. Para ahli di bidang pendidikan, sosial dan Pendidikan Seks Bagi Mahasiswa Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial 70 psikologi akan membangun pendekatan kepada mahasiswa terutama mahasiswa di lingkungan Universitas Wisnuwardhana Malang. Gambar 1 Tahapan pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Tim Pengembang HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4 Januari 2020 bertempat di Gedung F2 Universitas Wisnuwardhana. Kegiatan ini dihadiri oleh para mahasiswa sejumlah 69 orang. Dapat diketahui bahwa kegiatan ini memberikan dampak positif dan mendapat respon yang baik dan menarik bagi para mahasiswa karena pemahaman mengenai pendidikan seks sangat rendah sekali, mahasiswa memiliki pemahaman yang keliru selama ini mengenai seks. Kegiatan ini dibagi menjadi 3 sesi, di sesi pertama adalah menggali informasi terkait pendidikan seks dari mahasiswa. Dari sesi pertama ini mahasiswa antusias untuk menyimak dari cerita dan diskusi diketahui bahwa hampir semua mahasiswa tidak tahu mengenai apa itu seks, pendidikan seks, dan pandangan mereka seks serta perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial. Pandangan mahasiswa ketika berdiskusi tentang seks adalah hal yang sangat tabuh dan tidak sesuai dengan norma. Padahal seks itu sendiri dari arti bahasanya adalah jenis kelamin. Dan pendidikan seks dalah pemberian pengetahuan yang benar dan menyiapkannya untuk beradaptasi secara baik dengan sikap-sikap seksual. Pada sesi pertama juga dijelaskan tahap-tahap pendidikan seks sejak dini untuk balita, anak-anak, remaja awal dan remaja akhir. Bagaimana mengenai penyebutan alat kelamin yang harus disebut sesuai dengan namanya, tidak boleh di analogikan dengan kata-kata lain. Serta peran orangtua sebagai sarana informasi awal kepada anak dan remaja dimana orang tua dituntut untuk memberikan informasi yang benar dan nyaman terkait seks, agar anak tidak mencari informasi diluar, misal dari internet yang malah akan membuat anak semakin penasaran. Serta sebagai seorang mahasiswa yang jauh dari orangtua dalam menjaga diri agar tidak terjerumus dari seks bebas dan bisa meraih cita-cita. Menginformasikan juga tentang Perubahan norma dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai batas usia untuk melakukan perkawinan, perbaikan norma menjangkau dengan menaikkan batas minimal umur perkawinan bagi wanita. Batas minimal umur perkawinan bagi wanita dipersamakan dengan batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 sembilan belas tahun. Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Sesi kedua adalah mengenai seks secara klinis, yaitu perbedaan organ reproduksi laki-laki dan perempuan, bagaimana cara merawat organ intim, perilaku seks yang tidak aman yang menyebabkan Pendidikan Seks Bagi Mahasiswa Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial 71 penyakit-penyakit kelamin. Pembahasan yang sangat menarik karena mahasiswa selama ini pengetahuan akan alat reproduksinya, fungsi alat reproduksi dan pubertas sangat minim sekali. Bagaimana dalam perawatan alat reproduksi. Dalam sesi ini mahasiswa banyak sekali yang bertanya tentang fungsi dan alat vitalnya dan bagaimana cara merawatnya serta penyakit-penyakit yang mengintai akibat perilaku seks yang tidak aman. Perbedaan pubertas laki-laki dan perempuan yang ditandai dengan adanya mimpi basah untuk laki-laki dan haid untuk perempuan. Kesehatan reproduksi dalam memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Dorongan seksual ada karena keinginan untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang bisa diperoleh dengan perilaku seksual. Hal yang wajar muncul pada karena ketika memasuki usia pubertas, dorongan seksual akan muncul dalam diri seseorang dikarenakan hormon esterogen dan progesteron pada perempuan, serta hormon testosteron pada laki-laki. Tapi hal yang perlu diperhatikan adalah ketika dorongan seksual muncul tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual. Pada sesi terakhir disampaikan mengenai pendidikan seks dari sisi psikologisnya, tentang dampak dari seks bebas, dampak yang ditimbulkan dari pernikahan di usia muda, mencegah adanya bentuk kekerasan seksual dan pemerkosaan dan adanya penyimpangan seksual yang disebabkan dari salahnya lingkungan pertemanan yang dipilih. Mahasiswa lebih diberikan pemahaman mengenai seks bebas dan akibat-akibat yang ditimbulkan dari seks bebas tersebut, remaja juga diajarkan mengenai membedakan rasa cinta dan nafsu seksual yang dimiliki. Bagaimana perasaan- perasaan berkaitan dengan rasa cinta dan juga nafsu. Bagaimana mengelola nafsu. ketika mereka berpacaran atau terlibat dalam hubungan romantis, hal apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Proses tumbuh kembang remaja harus mendapat perhatian yang khusus agar fase tersebut dapat terkontrol. Kontrol dan regulasi perlu di lakukan terhadap dorongan-dorongan seks dan implus-implus seks, agar tidak terlampau eksesif dan meledak-ledak, sehingga bisa melemahkan jasmani dan rohani. Remaja harus dapat menghindari pergaulan bebas dan bisa mengontrol dirinya agar memiliki masa depan yang cerah. Sebaliknya mereka yang tak dapat bertahan akan terjerumus pada dunia pergaulan bebas yang kelak akan merusak masa depannya, harapan dan tujuan sebagai genarasi muda akan hancur akibat dari pergaulan bebas yang tidak terkontrol Pristiwanti & ilmiah ini berisi tentang Pergaulan, 2013; Tari & Tafonao, 2019. Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan LGBT, apalagi mahasiswa yang notabene jauh dari pengawasan orangtua dituntut harus cerdas dalam memilih lingkup pertemanan karena dilingkungan sekitar Gay dan Lesbian serta penyimpangan seks sudah menjadi hal yang biasa di kalangan mahasiswa. remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di kampusnya. Mahasiswa ditanamkan moral dan prinsip say no untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri agar mahasiswa dapat membentengi diri dan berani untuk bilang tidak terhadap ajakan ajakan seks bebas, serta pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat. Kegiatan ini sangat menarik bagi mahasiswa karena mereka akhirnya mengetahui tentang pendidikan seks itu bagaimana dan kita menjaga diri, dalam bersosialisasi dan banyak manfaat yang di dapat terhadap perkembangan diri mahasiswa. Meskipun kegiatan tersebut dinilai baik dan berjalan dengan sukses namun perlu mendapat perhatian sehingga pada kesempatan pengabdian yang akan datang perlu mendapatakan prioritas demi kelangsungan pengelolaan lembaga yang lebih baik yaitu dengan adanya klinik, agar mahasiswa lebih dapat berkonsultasi mengenai masalah yang sedang dihadapi agar bisa mendapatkan penanganan lebih privasi. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh melalui kegiatan pengabdian ini adalah selama ini mahasiswa mempunyai konsep yang salah mengenai pendidikan seks, ketika berbicara mengenai seks selalu dianggap tabu dan tidak sesuai dengan norma. Pengabdian mengenai pendidikan seks sebagai upaya Pendidikan Seks Bagi Mahasiswa Sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seks Bebas Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial 72 pencegahan perilaku seks bebas dapat membentengi diri dan berani untuk bilang tidak terhadap ajakan ajakan seks bebas, serta pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, penting untuk diketahui oleh remaja khususnya mahasiswa untuk menyiapkan mereka menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab atas keputusan seksual mereka sendiri, mempersiapakan secara fisik dan mental untuk pernikahan. jika informasi yang mereka dapat tercukupi mereka tidak akan mencari sendiri sumber yang tidak kredibel. Hal yang dapat disarankan dari hasil kegiatan pengabdian ini adalah perlunya pendidikan seks di perguruan tinggi dan pengoptimalan bimbingan konseling sebagai tempat perkembangan psikologis mahasiswa ketika mahasiswa menghadapi permasalahan. Penting sekali pendampingan dan sosialisasi pendidikan seks lanjutan bagi mahasiswa agar mereka mengetahui, memahami dampak yang terjadi dari perilaku seks bebas agar mereka dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan berhubungan dengan lawan jenis. Serta optimalnya lembaga konseling kampus sebagai media konsultasi bagi perkembangan psikologi mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Bertens, K. 2002. Aborsi sebagai Masalah etika. Gramedia Widiasarana Indonesia. Mustari, M., & Rahman, M. T. 2012. Pengantar Metode Penelitian. Laksbang Pressindo. Nurlaeli, H. 2020. Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja santri putri Pondok Pesantren Watu Ringkel Darussalam-Karangpucung. Wijayakusuma Prosiding Seminar NasionaL, 11, 204–215. Prasasti, S. 2017. Kenakalan remaja dan faktor penyebabnya. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling, 11, 28–45. Pristiwanti, D. O., & ilmiah ini berisi tentang Pergaulan, K. 2013. Pergaulan Bebas Pada Remaja di Era Globalisasi. Universitas Negeri Semarang. Purnama, Y. 2020. Faktor Penyebab Seks Bebas Pada Remaja. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 52, 156–163. Saifulloh, M. 2011. Aborsi dan resikonya bagi perempuan dalam pandangan hukum Islam. JURNAL SOSIAL HUMANIORA JSH, 41, 13–25. Saputro, K. Z. 2018. Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Aplikasia Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 171, 25–32. Setya, F. L. 2019. Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak di Kota Malang. SKRIPSI Jurusan Sosiologi-Fakultas Ilmu Sosial UM. Suryoputro, A., Ford, N. J., & Shaluhiyah, Z. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di jawa tengah Implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Makara Kesehatan, 101, 29–40. Tari, E., & Tafonao, T. 2019. Tinjauan Teologis-Sosiologis terhadap Pergaulan Bebas Remaja. DUNAMIS Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani, 32, 199–211. Wiradimadja, A. 2020. Parenting Education Building Characters and Holding in Millennial Mental Problems. 145–149. Zalbawi, S. 2002. Masalah Aborsi di Kalangan Remaja. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 123, 160266. The ratification of the Regulation of the Minister of Education, Culture, Research and Technology number 30 concerning the prevention and handling of sexual violence in universities has become a legal protection platform for sexual violence. Sexual violence is rampant lately. As a tertiary institution that aims to become a university that excels in mastering science, technology and art based on Islamic religious values, it is appropriate that the Muhammadiyah University of Ponorogo make this ministerial policy an obligation that must be immediately realized in the campus environment. However, in its implementation, until now there has been no progressive step as a form of follow-up or implementation. The purpose of this research is to analyze the policy of the minister of education, culture, research and technology Permendikbud. The researcher uses a qualitative descriptive approach, with a research process that seeks to investigate, and find social phenomena to further describe them thoroughly and complexly so that narratives can be presented with detailed reports according to the perspective of the informants. Then to collect data in this research using interviews with sources such as the Head of BAMA, and the Chair of the DPM. The results of the analysis that have been carried out are that there is no decision or policy from the University of Muhammadiyah Ponorogo regarding sexual violence as a form of implementation of this Permendikbud. Keywords policy analysis, Permendikbud Ristek Number 30 of 2021, University of Muhammadiyah Ponorogo Abstract Pengesahan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi nomor 30 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi menjadi wadah perlindungan hukum terhadap kekerasan seksual kekerasan seksual yang sedang merajalela belakangan ini. Sebagai perguruan tinggi yang bertujuan menjadi universitas yang diunggulkan dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi serta seni yang berlandaskan nila-nilai agama islam sudah selayaknya universitas Muhammadiyah Ponorogo menjadikan kebijakan menteri ini sebagai kewajiban yang harus segera direalisasikan pada lingkungan kampus. Akan tetapi dalam penerapannya, hingga saat ini belum ada langkah progresif sebagai bentuk tindaklanjut atau implementasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kebijakan menteri pendidikan kebudayaan riset dan teknologi Permendikbud tersebut. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan proses penelitian yang berusaha untuk menginvestigasi, dan menemukan fenomena-fenomena sosial untuk selanjutnya menggambarkan secara menyeluruh dan kompleks sehingga dapat disajikan naratif dengan laporan yang terperinci menurut sudut pandang narasumber. Kemudian untuk menghimpun data pada riset ini menggunakan wawancara kepada narasumber seperti Ketua BAMA, dan Ketua DPM. Hasil analisis yang sudah dilakukan adalah belum adanya keputusan atau kebijakan dari pihak Universitas Muhammadiyah Ponorogo tentang kekerasan seksual sebagai bentuk implementasi Permendikbud ini. Kata kunci analisis kebijakan, Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021, Universitas Muhammadiyah PonorogoKhamim Zarkasih SaputroMasa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan, kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja memandang peristiwa yang dialami akan menentukan perilakunya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebutMoh SaifullohMembicarakan aborsi sebenarnya membicarakan perempuan. Hal ini dapat dibenarkan karena perempuan dipandang sebagai pelaku aborsi, yang secara faktual ini benar-benar terjadi dan ada di masyarakat. Aborsi yang dilakukan oleh perempuan sebenarnya beresiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan jiwanya, namun tetap menjadi pilihan mereka dengan alasan aborsi merupakan hak reproduksi atau bentuk otonomi perempuan atas tubuhnya. Dalam pandangan hukum Islam aborsi hukumnya haram. Seluruh ulama sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan melewati masa 120 hari adalah haram, karena pada saat itu janin telah bernyawa. Boleh dilakukan jika kondisi “dharurat”, seperti apabila membahayakan jiwa si ibu. Sedangkan aborsi pada usia kehamilan di bawah 40 hari hukumnya makruh. Inipun dengan syarat adanya keridhaan dari suami dan istri serta adanya rekomendasi dari dua orang dokter spesialis bahwa aborsi itu tidak menyebabkan kemudharatan bagi si ibu. Namun penulis sependapat dengan Imam Ghozali yang menyatakan bahwa aborsi adalah tindakan pidana yang haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh atau belum, dengan argumen bahwa kehidupan telah dimulai sejak pertemuan antara air sperma dengan ovum di dalam rahim on Youth Sexual Behaviour in Central Java Implication of Sexual and Reproductive Health Policy and Services. Indonesian youth nowadays have been experiencing an increasing vulnerability to various kind of health hazards specially related to reproductive and sexual health, including the growing threat of HIV/AIDS. This paperreports on findings from a study undertaken during the year 2003-2004 among urban youth in Central Java. The study seeks to identify factors influencing youth sexual behavior and their need for services, in order to derive practical policy for enhancing youth sexual and reproductive health services. The study involved a total of 2000 samples derived from a youth population, aged 18-24 years old. A group of 1000 samples was randomly selected from a working youth population through factory employers, whereas the other 1000 samples were from middle class youth among university students. Social learning theory was applied as a base of the conceptual framework of the study with quantitative surveys and qualitative methods The findings showed that the overall pattern of sexual and reproductive youth health risk were relatively low in comparison to that in many other countries, which was partly related to distinctive and positive characteristics of the culture of the community in Central Java. The findings also showed that self efficacy wasthe strongest influencing factor on youth sexual behavior. Future policies and program development should be addressed to the ways in maintaining young people’s positive norms and values in line with the existing culture and religion by enhancing their self efficacy through school-based sexual and reproductive health education and services. Advocacy should also be used continuously to address environmental constraints that impede the adoption of healthyreproductive health sebagai Masalah etikaK BertensBertens, K. 2002. Aborsi sebagai Masalah etika. Gramedia Widiasarana pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja santri putri Pondok Pesantren Watu Ringkel Darussalam-KarangpucungH NurlaeliNurlaeli, H. 2020. Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja santri putri Pondok Pesantren Watu Ringkel Darussalam-Karangpucung. Wijayakusuma Prosiding Seminar NasionaL, 11, remaja dan faktor penyebabnyaS PrasastiPrasasti, S. 2017. Kenakalan remaja dan faktor penyebabnya. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling, 11, Bebas Pada Remaja di Era GlobalisasiD O PristiwantiK Berisi Tentang PergaulanPristiwanti, D. O., & ilmiah ini berisi tentang Pergaulan, K. 2013. Pergaulan Bebas Pada Remaja di Era Globalisasi. Universitas Negeri Penyebab Seks Bebas Pada Remaja. Syntax LiterateY PurnamaPurnama, Y. 2020. Faktor Penyebab Seks Bebas Pada Remaja. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 52, Seks Dalam Keluarga Bagi Anak di Kota MalangF L SetyaSetya, F. L. 2019. Pendidikan Seks Dalam Keluarga Bagi Anak di Kota Malang. SKRIPSI Jurusan Sosiologi-Fakultas Ilmu Sosial UM.